Saat berumur 4 tahun aku sekolah di TK ABA III. Saat kelulusan nol besar aku sempat sedih karena aku tidak menerima cindera mata, kukira aku tak naik kelas, tapi ternyata ibuku mengulangku masuk nol besar lagi supaya aku masuk SD pada umur 7 tahun. Sehingga aku mempunyai teman baru di nol besar yang kedua. Saat itu pulang sekolah tapi ibuku lama sekali tidak menjemputku lalu temanku Risma yang pulang naik becak mengajakku bermain kerumahnya. Tanpa berpikir panjang aku langsung ikut ke rumahnya. Dirumahnya kita bermain sampai siang. Lalu aku pulang naik becak saat masuk perumahan aku bertemu dengan ibuku lalu ibuku memanggilku dan pak becakpun berhenti. Saat itu aku masih ingat tarif becaknya hanya Rp500,00. Ternyata orangtuaku telah mencariku kemana-mana, mengiraku hilang.
Saat berumur 7 tahun aku sekolah di SD Latsari II. Pada tahun 1998 orangtuaku berangkat haji. Aku tinngal di rumah bersama kedua pembantuku dan kakak sepupuku. Saat itu aku dan tetanggaku bermain-main mesin jahit, dengan cerobohnya akhirnya jempolkupun terkena jarum hingga tembus. Aku pun tak tahu harus minta pertolongan pada siapa. Akhirnya temanku memanggil ayahnya dan aku dibawa di Bidan dekat rumahku. Disana aku diobati.
Masa kecilku sangat bahagia sekali. tiap datang dari sekolah aku selalu bermain dengan tetangga-tetanggaku hingga tak ingat waktu. Sampai-sampai pada saat itu aku dipanggil pembantuku disuruh pulang untuk mandi. Tapi aku tidak mau dan malah memilih untuk naik ke lantai 2 rumah tetanggaku yang kebetulan saat itu sedang direnovasi. Aku terus dipanggil oleh pembantuku tapi aku selalu menolaknya. Sampai saat itu temanku mnyuruhku untuk sembunyi, akhirnya aku sembunyi. Salah satu temanku bilang kalau tempat sembunyianku kurang gelap dan menyuruhku sembunyi di tempat yang gelap. Saat aku melaangkah di tempat gelap tersebut aku sudah tak sadar apapun. Semua rasanya gelap gulita. Saat tersadar aku sudah berada di atas bantal. Saat kejadian itu orang tuaku masih pergi. Ternyata aku jatuh dari atas loteng, tapi Alhamdulillah aku tidak kenapa napa, tidak cacat sedikitpun. Subhanallah!!. Dan seminggu kemudian pembantuku mengundurkan diri, mungkin pembantuku takut apabila terjadi sesuatu padaku saat kemudian hari.
Aku juga pernah berjualan rujak, jajan, dan baju di teras rumahku. Untuk bejualan rujak aku mengambil bahan-bahan di dapurku, sedangkan jajan kita kulaan di toko yang bukan khusus untuk kulaan sehingga kitapun menjualnya dengan harga yang sama dengan toko lainnya. Artinya kita tidak dapat untung sepeserpun. Mengenai baju kita mengambil pakaian kita dan memajangnya. Kita berjualan selama dua hari, namun hanya ada satu orang yang membeli jajan kami yaitu dek nanang tetangga depan rumahku. Ia hanya membeli sebungkus coklat yang berbentuk mobil. Hanya itu barang dagangan kita yang laku. Lainnya tidak ada yang beli karena memang kita tdak memberi tulisan. Meskipun kita memberi tulisan, saya tidak yakin apakah ada orang yang percaya pada tulisan tersebut. Untuk sisa jajannya kita makan berdua dan bajunya kembali pada masing-masing pemilik.
Aku juga pernah terkunci di lemari TV yang berukuran kurang lebih 50cm x 30cm. Saat itu kami sedang bermain petak umpet di dalam rumah mas Adi tetanggaku. Aku dan Mbak Vira bersembunyi di dalam lemari tersebut namun kami keluar lagi untuk mengambil sehelai kertas karena di dalam lemari tersebut sangat panas dan kamipun kembali ke lemari tersebut lalu dikunci. Setelah lama Mas Adi tidak menemukan kita. Kita sangat senang sekali karena kita menang. Saat kami mencoba membuka lemari, ternyata pintu tidak dapat dibuka. Semua teman kami sudah mencoba membukanya tapi tetap saja tidak bisa. Kamipun menangis dan menjerit sekeras-kerasnya. Akhirnya mas Adi memanggil ayah mbak Vira dan membukakan pintu lemari tersebut dengan bantuan alat. Mungkin selama 10 menit kita berada dalam lemari. Untung saja kami mengambil sehelai kertas untuk kipasan, kalau tidak mungkin kami akan mati kehabisan oksigen.
Saat berumur 7 tahun aku sekolah di SD Latsari II. Pada tahun 1998 orangtuaku berangkat haji. Aku tinngal di rumah bersama kedua pembantuku dan kakak sepupuku. Saat itu aku dan tetanggaku bermain-main mesin jahit, dengan cerobohnya akhirnya jempolkupun terkena jarum hingga tembus. Aku pun tak tahu harus minta pertolongan pada siapa. Akhirnya temanku memanggil ayahnya dan aku dibawa di Bidan dekat rumahku. Disana aku diobati.
Masa kecilku sangat bahagia sekali. tiap datang dari sekolah aku selalu bermain dengan tetangga-tetanggaku hingga tak ingat waktu. Sampai-sampai pada saat itu aku dipanggil pembantuku disuruh pulang untuk mandi. Tapi aku tidak mau dan malah memilih untuk naik ke lantai 2 rumah tetanggaku yang kebetulan saat itu sedang direnovasi. Aku terus dipanggil oleh pembantuku tapi aku selalu menolaknya. Sampai saat itu temanku mnyuruhku untuk sembunyi, akhirnya aku sembunyi. Salah satu temanku bilang kalau tempat sembunyianku kurang gelap dan menyuruhku sembunyi di tempat yang gelap. Saat aku melaangkah di tempat gelap tersebut aku sudah tak sadar apapun. Semua rasanya gelap gulita. Saat tersadar aku sudah berada di atas bantal. Saat kejadian itu orang tuaku masih pergi. Ternyata aku jatuh dari atas loteng, tapi Alhamdulillah aku tidak kenapa napa, tidak cacat sedikitpun. Subhanallah!!. Dan seminggu kemudian pembantuku mengundurkan diri, mungkin pembantuku takut apabila terjadi sesuatu padaku saat kemudian hari.
Aku juga pernah berjualan rujak, jajan, dan baju di teras rumahku. Untuk bejualan rujak aku mengambil bahan-bahan di dapurku, sedangkan jajan kita kulaan di toko yang bukan khusus untuk kulaan sehingga kitapun menjualnya dengan harga yang sama dengan toko lainnya. Artinya kita tidak dapat untung sepeserpun. Mengenai baju kita mengambil pakaian kita dan memajangnya. Kita berjualan selama dua hari, namun hanya ada satu orang yang membeli jajan kami yaitu dek nanang tetangga depan rumahku. Ia hanya membeli sebungkus coklat yang berbentuk mobil. Hanya itu barang dagangan kita yang laku. Lainnya tidak ada yang beli karena memang kita tdak memberi tulisan. Meskipun kita memberi tulisan, saya tidak yakin apakah ada orang yang percaya pada tulisan tersebut. Untuk sisa jajannya kita makan berdua dan bajunya kembali pada masing-masing pemilik.
Aku juga pernah terkunci di lemari TV yang berukuran kurang lebih 50cm x 30cm. Saat itu kami sedang bermain petak umpet di dalam rumah mas Adi tetanggaku. Aku dan Mbak Vira bersembunyi di dalam lemari tersebut namun kami keluar lagi untuk mengambil sehelai kertas karena di dalam lemari tersebut sangat panas dan kamipun kembali ke lemari tersebut lalu dikunci. Setelah lama Mas Adi tidak menemukan kita. Kita sangat senang sekali karena kita menang. Saat kami mencoba membuka lemari, ternyata pintu tidak dapat dibuka. Semua teman kami sudah mencoba membukanya tapi tetap saja tidak bisa. Kamipun menangis dan menjerit sekeras-kerasnya. Akhirnya mas Adi memanggil ayah mbak Vira dan membukakan pintu lemari tersebut dengan bantuan alat. Mungkin selama 10 menit kita berada dalam lemari. Untung saja kami mengambil sehelai kertas untuk kipasan, kalau tidak mungkin kami akan mati kehabisan oksigen.
0 komentar:
Posting Komentar